Pemblokiran youtube

Baru hari minggu kemarin saya terlibat obrolan dengan Primus tentang rencana pemblokiran youtube akibat ribut2 film Fitna. Sebelumnya saya mendengar bahwa pemerintah hanya berencana memasang flag sebanyak mungkin di situs youtube untuk memaksa youtube agar menghapus film tersebut (Sylvia Sumarlin, lupa sumbernya…). Rencana pemblokiran youtube secara total saya anggap tidak masuk akal. Pemblokiran youtube masih mungkin dilakukan hanya jika terdapat teknik untuk memblokir satu tema content tertentu (dalam kasus ini film Fitna). Ini sangat sulit, dan kalaupun dapat dilakukan, masih bisa diperdebatkan efektifitasnya, dan perlu-tidaknya. Karena, pemblokiran content2 semacam ini seringkali malah menghambat pendewasaan publik.

Dan…, baru hari ini saya menyadari bahwa pemblokiran youtube telah dilakukan (dari blog P BR). Sebenarnya baru beberapa minggu sebelumnya P BR membuka perdebatan yang cukup panjang mengenai efektifitas pemblokiran konten2 porno (di sini). Saya ingat, P BR sangat berkeras menentang pemblokiran ini dengan alasan-alasan yg telah dituliskan di tulisan beliau. Dan minggu ini, prediksi P BR mengenai dampak sensor terhadap internet telah terbukti, yaitu: pemblokiran secara grusa-grusu terhadap konten2 tertentu (yg dari sisi materi konten tersebut masih dpt diperdebatkan efektifitasnya), terhambatnya akses terhadap sejumlah-sangat-besar konten lain yang bermanfaat. P BR tetap kukuh pada pendapatnya, meskipun banyak sekali pihak yg menentang posisi yg beliau ambil. Pada awalnya, saya sempat geleng2 juga melihat dukungan P BR yg (menurut saya) berlebihan terhadap kebebasan internet.

Baru hari ini saya dapat memahami sudut pandang P BR…

4 komentar pada “Pemblokiran youtube”

  1. Turut berduka cita atas ditutupnya youtube karena gak bisa lagi mengakses musik-musik yang indah .. dari berbagai dunia disana, bentar lagi kali wordpress ditutup šŸ™‚

  2. Aku sih di barisan mendukung blokir Bud.
    Termasuk resiko bahwa aku punya video di youtube yang jadi kut terblokir juga.
    Termasuk kalau terpaksa wordpress, fs, google dan yahoo diblokir juga.
    Sepanjang blokir itu ada pertimbangan konten, bukan dicari-cari, ya OK aja.

    Film FITNA meski tidak mendapat banyak dukungan, tetapi dengan youtube membiarkan itu, padahal berbagai file share yang lain sudah menyatakan menolaknya, maka itu menurutku sebuah tindakan penantangan. Padahal di kebijakannya (ada di tulis respon di detik), mereka mengatakan menghargai sensitifitas budaya. Padahal FITNA sudah jelas-jelas ditolak bahkan oleh PBB. Dengan sikap youtube itu, ya udah.. tegakkan keberanian indonesia. Bahwa ada kerugian-kerugian, pastilah.. Setiap kebijakan akan selalu ada beberapa yang terkorbankan. Yang dicari adalah titik optimal. Menurutku blokir total youtube masih cukup optimal.

    Aku paling concern masalah budaya. Kalau memang demi menyelamatkan budaya masyarakat, harus dilakukan pemblokiran, aku sangat setuju. Bahkan kalau perlu diperluas, pemblikiran mencapai ranah TV juga dengan memblokir sinetron-sinetron dan acara yang menyesatkan budaya masyarakat!

  3. setujubanget dengan pemblokiran youtube meskipun jujur saja saya termasuk pengakses setia situs youtube,utamanya video2 classic rock.anyway, gimanalagi.mereka memang senengnya berlindung di balik kebebasan berekspresi.padahal kebebasan individu dibatasi oleh kebebasan individu yg lain.’tul nggak? tau kan siapa yg di,maksud dgn “mereka”? untuk yg satu ini kita musti teges.VIVA BLOKIR!

  4. @ Taufiq
    Aku juga barisan pendukung blokir, Fiq khususnya ditujukan pada sebagian besar sinetron TV lokal, acara gosip, majalah dan tabloid Porno (playboy, FHM). Namun, pemblokiran Youtube dan juga film Fitna menurutku tidak efektif saat ini. Karena gini:
    1. Kalau tujuan pemblokiran adalah utk menghambat peredaran film Fitna, menurutku pemblokiran ini tidak akan efektif. Terlalu banyak cara utk mengakses film ini dari sumber selain youtube. Memang tidak semudah dari youtube, namun tetap saja terlalu mudah.
    2. Kalau tujuannya adalah untuk menentang keberadaan film Fitna, maka cara ini juga tidak efektif. Serangan yang utama dan pertama harus ditujukan langsung pada si Geert Wilders, bukan hanya kepada pihak-pihak yg mendistribusikan film itu. Bukan berarti youtube dll tidak ikut bersalah ya. Namun orang-orang macam Geert Wilders ini tidak akan berhenti hanya karena kita sibuk memblokir youtube. Nanti dia akan buat film yg lain dan hal ini akan terulang. Aku setuju dengan fatwa Imam Khomeini utk kasus Salman Rushdie, fatwa mati utk si Geert Wilders atau cara lain yg langsung diarahkan ke orang atau sumbernya. Jadi menyerang loper koran tidak akan menyelesaikan masalah, sebelum kita serang penerbit tabloid pornonya.
    3. Masalah budaya? Iya, ini mungkin jadi masalah. Namun film Fitna, menurutku, tidak efektif merusak budaya. Menimbulkan keresahan memang iya. Namun, merusak budaya tidak. Yg dapat merusak budaya justru hal-hal yg tidak baik namun sekaligus tidak meresahkan. Acara-acara TV lokal sebagian besar tidak meresahkan, justru ini yg harus diwaspadai, karena yg seperti ini akan menyusup tanpa terasa, jadi virus akal budi. Jadi cukup sebarkan opini sebanyak mungkin yg melawan film ini. Opini dibalas dgn opini yg lebih dahsyat.
    4. Kehormatan bangsa? Menurutku masih banyak hal lain yg jelas-jelas dapat mempertegas dan meningkatkan posisi kita di mata dunia. Misalnya: membela TKI yg teraniaya (sepanjang kita belum punya solusi utk ini), mendukung Iran dalam kebijakan nuklir (ini tampaknya sudah dilakukan), memelihara batas-batas wilayah negara dll masih banyak lagi.

Tinggalkan Balasan ke Rindu Batalkan balasan