Berikut sekedar menampilkan grafik kasus harian, jumlah orang dites dan positivity rate



Tentang semua hal dalam hidupku, tempatku menimba ilmu
US sudah mencatatkan kasus harian lebih dari 200 ribu sehari di tanggal 27 November 2020 !! Negara yang mengalami lonjakan paling curam adalah Turkey, melonjak dari 4000 an kasus per hari menjadi 40 ribu kasus per hari! Perhatikan juga bahwa angka kematian di sebagian negara rangking teratas juga mulai melonjak cukup tajam….
Jumlah orang dites relatif lebih tinggi dibanding sebelumnya. Terlihat pula tren kasus harian yang naik dan bersamaan dengan itu positivity rate juga cenderung naik. Ini menandakan memang ada kenaikan kasus aktual yang pesat.
Kenaikan tren kasus harian tampaknya mulai berkurang korelasinya dengan kenaikan jumlah tes. Ini terutama karena jumlah orang dites mulai cukup tinggi dan stabil di angka 40 ribuan sejak pertengahan November. Perhatikan bahwa tren jumlah orang dites terlihat stagnan sejak pertengahan November (Gambar-2) sedangkan kasus harian justru menunjukkan tren menanjak dalam rentang waktu yang sama (Gambar-1).
Note: Metode perhitungan indeks dalam artikel berikut saya kembangkan bersama dengan Mas Agus Nggermanto
Banyak pihak menyatakan bahwa kasus harian di Indonesia yang masih relatif tinggi ini sebenarnya wajar-wajar saja. Mengapa? Katanya angkah harian yang tinggi ini berkorelasi dengan jumlah populasi Indonesia yang memang relatif tinggi dibanding negara lain. Jadi jangan bandingkan kasus harian di Indonesia dengan Singapura, Malaysia, Vietnam ataupun Thailand. Negara-negara tetangga tersebut memiliki jumlah populasi yang sangat kecil jika dibandingkan dengan Indonesia, jadi ya wajar saja kondisi mereka ‘terlihat’ lebih baik. Pemeringkatan berdasarkan kasus harian seperti di Gambar-1 ditolak karena belum memasukkan faktor jumlah populasi. Bahkan ada yang mengklaim bahwa dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa, situasi Indonesia ini justru lebih bagus dibandingkan negara-negara tetangga.
Argumen di atas mengandung kebenaran. Kasus harian di Malaysia yang hanya berpenduduk sekitar 32 juta jiwa tentu tidak bisa langsung dibandingkan dengan Indonesia. Singapura dan Loaos yang memiliki populasi masing-masing kurang dari 10 juta jiwa tentu skalanya sangat jauh dengan Indonesia.
Jadi apakah kasus harian memang tidak bisa digunakan untuk membandingkan situasi antar negara? Atau, bagaimana caranya agar kita dapat memasukkan juga faktor jumlah penduduk dalam perbandingan ini?
Ada cara untuk menyelesaikan problem ini. Idenya sederhana saja: kita perlu merumuskan indeks yang memasukkan faktor kepadatan penduduk dalam perhitungannya. Kepadatan penduduk dinyatakan dalam satuan orang/km2. Berikut adalah beberapa hal yang kita tetapkan sebagai aturan untuk merumuskan indeks tersebut:
Berdasarkan tiga aturan di atas maka kita dapatkan :
Nilai indeks berbanding lurus dengan kepadatan penduduk dan berbanding terbalik dengan kasus harian.
Kita dapat nyatakan indeks ini dalam formula
Indeks = (kepadatan penduduk) / (kasus harian)
Berdasarkan satuan kepadatan penduduk (orang/km2 ) dan satuan kasus harian (orang / hari) maka kita mendapatkan satuan indeks adalah hari / km2 . Kita misalkan nilai indeks ini adalah z hari/km2, maka interpretasi nilai indeks tersebut adalah :
Penjalaran pandemi memerlukan waktu z hari untuk menjangkau area seluar 1 km2.
Singkatnya, indeks ini menggambarka pace dari pandemi untuk menjalar atau meluas dalam area tertentu.
Beredasarkan perhitungan indeks tersebut, kita memperoleh tabel berikut ini (Gambar-2) yang disusun terurut berdasarkan nilai indeks dari tinggi ke rendah (atau dari kondisi bagus ke buruk). Perbandingan dengan menggunakan indeks yang baru ini ternyata tetap saja menempatkan Indonesia (No 98) dalam peringkat yang lebih buruk dibanding negara-negara tetangga. Untuk menggambarkan bagaimana indeks ini membuat perbandingan, coba lihat nilai indeks dan parameter lainnya untuk negara Belanda (No 78). Tampak bahwa meskipun Belanda memiliki angka rata-rata kasus harian (5380 orang / hari) yang lebih tinggi dibanding Indonesia (4731 orang/hari), namun kondisi Belanda justru dianggap lebih baik dibanding Indonesia berdasarkan indeks ini. Mengapa demikian? Ini karena kepadatan penduduk di Belanda (422 orang/km2) tiga kali lipat lebih tinggi dibanding Indonesia (141 orang/km2). Terlihat pula bahwa US menempati peringkat paling bawah.
Dengan menggunakan indeks ini maka kita dapat membandingkan situasi pandemi di berbagai negara dengan lebih obyektif. Interpretasi indeksi ini adalah waktu yang diperlukan oleh pandemi (hari) untuk meluas di area tertentu (dalam km2 ) . Karena indeks tidak lagi menggambarkan banyaknya kasus harian maka mempertanyakan obyektifitas indeks dengan merujuk pada jumlah penduduk menjadi tidak relevan.
Referensi: